Penulis : Haruki Murakami
Penerjemah : Dewi Wulansari
Editor : A. Fathoni
Penerbit : Pustaka Alvabet
Cetakan : Juni 2011
Ukuran : 12,5 x 20 cm
Tebal : 608 halaman
Alasan membeli buku ini :
Penasaran sama karya-karyanya Haruka Murakami yang katanya mendunia dan fenomenal.
~Synopsis~
Kafka on the Shore, a tour de force of metaphysical reality, is powered by two remarkable characters: a teenage boy, Kafka Tamura, who runs away from home either to escape a gruesome oedipal prophecy or to search for his long-missing mother and sister; and an aging simpleton called Nakata, who never recovered from a wartime affliction and now is drawn toward Kafka for reasons that, like the most basic activities of daily life, he cannot fathom. Their odyssey, as mysterious to them as it is to us, is enriched throughout by vivid accomplices and mesmerizing events. Cats and people carry on conversations, a ghostlike pimp employs a Hegel-quoting prostitute, a forest harbors soldiers apparently unaged since World War II, and rainstorms of fish (and worse) fall from the sky. There is a brutal murder, with the identity of both victim and perpetrator a riddle - yet this, along with everything else, is eventually answered, just as the entwined destinies of Kafka and Nakata are gradually revealed, with one escaping his fate entirely and the other given a fresh start on his own. (Goodreads)
~Review~
Well, awal buku ini menarik. Diawali dengan dialog antara Gagak dan seseorang bernama Kafka (15 tahun). Dan Gagak bukanlah burung atau makhluk antah berantah melainkan hati alias nurani Kafka sendiri. Penulisan dialog antara keduanya akan banyak kalian temui saat membaca buku ini. Ditulis dengan dua alur yang awalnya tak saling bertaut, buku ini mengalir dengan baik. Dan well, ada beberapa hal yang menurutku menarik sekaligus membingungkan adalah :
- Karakter Nakata (digambarkan sebagai orang yang agak lemah dalam berpikir, tidak bisa membaca atau menulis) yang mampu berbicara dengan kucing, dan akhirnya memutuskan untuk mencari nafkah untuk dirinya dengan membuka jasa pencarian kucing hilang.
- Kafka yang menganggap kutukan harus diselesaikan jika ingin lepas (lah bukannya harusnya dicari penangkalnya?)
- Ada dunia lain di tengah hutan yang tidak mengenal zat waktu, tapi orang yang kesana bisa kembali ke dunia nyata dengan syarat tertentu.
- Sosok dalam lukisan yang tiba-tiba muncul ke dunia nyata namun sebenarnya orang dalam lukisan tersebut saat ini masih hidup (how come???)
- Sebuah batu yang menjadi pintu antara dunia nyata dengan 'dunia lain', bisa dibuka tutup oleh manusia biasa.
- Perpustakaan keluarga yang berisi karya-karya seniman sejak keluarga itu ada trus dirawat sampai sekarang sehingga bisa dibaca juga sampai sekarang oleh khalayak umum (ada gak ya yang kayak gitu di Indo? hehe)
Saya rasa, untuk membaca buku ini dibutuhkan konsentrasi mendalam, agar tautan antar peristiwa yang awalnya diceritakan dalam bab-bab berbeda dapat disatukan dan runtut saat ia sudah disatukan oleh Haruki dalam bab-bab selanjutnya. Meski demikian, saya agak risih dengan jenis kutukan yang dipilih Haruki untuk Kafka, menyetubuhi Ibu dan Kakak tiri-nya (walaupun akhirnya menjadi konflik yang rumit, karena Kafka jatuh cinta pada keduanya), dan juga membunuh ayahnya sendiri, aiihh, tidak adakah jenis kutukan lain T,T. Dan apalagi sampai akhir buku ini tidak diceritakan asal muasal kutukan tersebut.
So, Haruki, alur cerita yang original mengapa harus dibumbui dengan penggambaran adegan Kafka yang kurang enak (too vulgar) juga?
Entah mengapa saya berharap ada kutukan lain yang lebih pelik, ketimbang harus -yeah- menyetubuhi ibu dan kakak tiri. Saya beri dua bintang untuk Dunia Kafka.
Postingan ini aku ikut sertakan di What's In A Name Reading Challenge 2013 :')
No comments:
Post a Comment